Sekolah di Jepang Larang Siswa Pakai Jaket Selama Musim Dingin, Kok Bisa?



NIYUSU.ID - Sekolah-sekolah di Jepang melarang siswa untuk memakai jaket meski saat musim dingin. Dilansir dari Mainichi, beberapa sekolah di Jepang bagian barat daya memiliki batasan pada pakaian musim dingin untuk siswa, sebagai peraturan sekolah yang tidak masuk akal yang menjadi masalah sosial yang meluas.

Pada pertengahan Januari, seorang siswa berusia 17 tahun sedang berjalan di dingin, hanya memakai seragam dengan kerah berdiri. Anak itu, yang merupakan siswa kelas 3 di sebuah SMA di kota Kagoshima. Siswa ini tidak memakai jaket saat pergi dan pulang dari sekolah, dan justru menahan dingin dengan memakai sweter dan pakaian dalam berkualitas tinggi.

Setelah ditelusuri, diketahui bahwa peraturan sekolah tertulis, "Kami melarang siswa memakai mantel, sweater, dll. Namun, ini tidak berlaku untuk kasus di mana departemen bimbingan siswa memberikan izin untuk memakai pakaian yang dilarang." Dalam kata lain, sekolah melarang memakai jaket tanpa izin.

Siswa lain terlihat melepaskan jaket setelah turun dari bus di halte terdekat sebelum menuju sekolah. Peraturan SMA provinsi lain melarang penggunaan sweater, jaket, dan lain-lain. Seorang siswa laki-laki berusia 18 tahun yang pergi ke sana dan mengeluh bahwa guru bisa memakai jaket tatapi siswa tidak.

Ada juga sekolah yang memiliki peraturan berbeda tentang jaket untuk siswa laki-laki dan perempuan. Peraturan tersebut menyatakan bahwa anak laki-laki tidak diperbolehkan mengenakan jaket dan pakaian luar lainnya. Namun, dalam kasus mereka melakukan perjalanan jauh atau sakit, mereka bisa memperoleh izin dari sekolah melalui guru kelas. Sementara itu, sekolah memperbolehkan perempuan untuk mengenakan jaket, asalkan jaket tersebut ditentukan oleh sekolah.

Aturan ini diketahui sudah ada sejak lama namun pihak sekolah pun meragukan makna pendidikan di dalamnya. Sekolah berencana untuk meninjau aturan mereka secara bertahap, namun belum memutuskan tanggal tertentu.

Pada Agustus 2022, Asosiasi Pengacara Miyazaki membagikan dokumen berjudul "Revisi Aturan Sekolah Q&A" kepada dewan pendidikan setempat di Prefektur Miyazaki. Menyangkut peraturan yang melarang mengenakan syal, dokumen tersebut menunjukkan, "Membuat aturan pakaian tanpa memperhatikan perbedaan kondisi fisik atau bagaimana setiap individu merasa hangat atau dingin mungkin merugikan kesehatan anak."

Taiki Takeuchi, seorang pengacara dan pemimpin tim proyek yang menyusun dokumen tersebut, mengatakan, "Anak-anak juga memiliki hak-hak manusia. Penting untuk membedakan apakah aturan tersebut memiliki signifikansi pendidikan, dan kami ingin sekolah berpikir ulang apakah aturan tersebut benar-benar penting."

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.