Hadapi Krisis Angka Kelahiran, Jepang Siap Bayar Pasangan Jika Ingin Memiliki Anak
NIYUSU.ID - Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida mengeluarkan peringatan tentang krisis angka kelahiran yang dihadapi Jepang. Pada konferensi persnya membahas turunnya angka kelahiran Jepang dapat mempengaruhi ekonomi dan fungsi sosial di negara tersebut.
Dilansir dari CNN, Kishida dalam pidatonya kepada anggota parlemen Jepang bahwa ini adalah masalah yang harus memiliki penyelsaian dan tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
Menurut catatan Kementrian Kesehatan, Jepang memiliki angka kelahiran kurang dari 800.000. Hal ini membuat Jepang menjadi salah satu negara dengan angka kelahiran terendah, sama seperti tetangganya Korea Selatan yang juga sedang menghadapi krisis angka kelahiran.
Hal ini dapat mempengaruhi Jepang dimana populasi masyarakat yang akan menua dan berkurangnya tenaga kerja muda untuk menjalankan roda ekonomi. Kurangnya dukungan dan mahalnya biaya hidup di menjadi faktor masalah yang menyebabkan pasangan di Jepang semakin sedikit untuk berminat memiliki anak.
Mengatasi krisis terebut Pemerintah sudah mengeluarkan beberapa kebijakan baru, seperti peningkatan layanan fasilitas penitipan anak, perumahan yang memiliki ruang fasilitas anak, dan beberapa daerah pedesaan yang akan membayar pasangan jika ingin memiliki anak untuk tinggal di desa tersebut.
Menurut data dari United Nations Population Fund (UNFPA) pada tahun 2022 fenomena krisis angka kelahiran juga dialami oleh beberapa negara di dunia yang mempengaruhi tingkat kesuburan seorang wanita. Tahun 2022 rata-rata wanita Jepang akan memiliki anak 1.4 dalam hidupnya, Jerman 1.6, Amerika Serikat 1.8, China yang baru mengalami penurunan yaitu 1.7, dan Korea Selatan dengan angka terendah yaitu 1.1, sedangkan angka kesuburan untuk mempertahankan populasi yang stabil adalah 2.1.
Reporter: Christian Liel
Dilansir dari CNN, Kishida dalam pidatonya kepada anggota parlemen Jepang bahwa ini adalah masalah yang harus memiliki penyelsaian dan tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
Menurut catatan Kementrian Kesehatan, Jepang memiliki angka kelahiran kurang dari 800.000. Hal ini membuat Jepang menjadi salah satu negara dengan angka kelahiran terendah, sama seperti tetangganya Korea Selatan yang juga sedang menghadapi krisis angka kelahiran.
Hal ini dapat mempengaruhi Jepang dimana populasi masyarakat yang akan menua dan berkurangnya tenaga kerja muda untuk menjalankan roda ekonomi. Kurangnya dukungan dan mahalnya biaya hidup di menjadi faktor masalah yang menyebabkan pasangan di Jepang semakin sedikit untuk berminat memiliki anak.
Mengatasi krisis terebut Pemerintah sudah mengeluarkan beberapa kebijakan baru, seperti peningkatan layanan fasilitas penitipan anak, perumahan yang memiliki ruang fasilitas anak, dan beberapa daerah pedesaan yang akan membayar pasangan jika ingin memiliki anak untuk tinggal di desa tersebut.
Menurut data dari United Nations Population Fund (UNFPA) pada tahun 2022 fenomena krisis angka kelahiran juga dialami oleh beberapa negara di dunia yang mempengaruhi tingkat kesuburan seorang wanita. Tahun 2022 rata-rata wanita Jepang akan memiliki anak 1.4 dalam hidupnya, Jerman 1.6, Amerika Serikat 1.8, China yang baru mengalami penurunan yaitu 1.7, dan Korea Selatan dengan angka terendah yaitu 1.1, sedangkan angka kesuburan untuk mempertahankan populasi yang stabil adalah 2.1.
Reporter: Christian Liel
Tidak ada komentar: